Sabtu, 23 Juli 2016

KUDETA MILITER AKIBAT KONFLIK ETNIS DI REPUBLIK FIJI PADA TAHUN 1987-1990


KUDETA MILITER AKIBAT KONFLIK ETNIS DI REPUBLIK FIJI PADA TAHUN 1987-1990


Oleh:
Slamet Rohman


          Oseania merupakan sekumpulan pulau-pulau yang berada di wilayah lautan yang berada pada kawasan samudra pasifik. Terdapat banyak pulau yang membentang di kawasan samudra pasifik ini. Semenjak bangsa barat datang, pulau-pulau tersebut menjadi wilayah kolonisasi. Tumbuh beberapa negara persemakmuran dari beberapa pulau-pulau tersesbut. Dari beberapa negara yang telah merdeka, sistem kenegaraannya mengikuti sebagaimana negara yang memerdekakannya. Konflik-konflik dalam negri juga sering terjadi dan memiliki kaitan erat dengan kekuasaan serta politik. Salah satu negara yang sampai sekarang sering terjadi konflik yaitu Republik Fiji.
            Republik Fiji adalah sebuah negara kepulauan di selatan Samudra Pasifik, di sebelah timur Vanuatu, sebelah baratTonga, dan sebelah selatan dari Tuvalu. Fiji memiliki 322 pulau, 106 di antaranya berpenghuni. Selain itu ada pula 522 pulau kecil. Kedua pulau terbesar adalah Viti Levu dan Vanua Levu yang penghuninya meliputi 82% dari keseluruhan penduduk negara ini. Nama Fiji adalah sebuah kata kuno dalam bahasa Tonga untuk kepulauan itu, yang pada gilirannya berasal dari nama dalambahasa Fiji, Viti. Ada tercatat bahwa Fiji ditemukan oleh penjelajah Belanda Abel Tasman ketika ia berusaha menemukan Benua Selatan Besar pada 1643. Namun baru pada abad ke-19 orang-orang Eropa itu tiba di kepulauan ini untuk menetap di sana secara permanen. Kepulauan ini jatuh ke tangan Britania Raya sebagai koloni pada 1874 (wikipedia).
            Fiji merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris. Republik Fiji mendapatkan kemerdekaannya pada tanggal 10 Oktober 1970 dari negara Inggris. Pada tahun 1987 terjai kudeta militer di Fiji. Kekuatan militer tidak pernah setuju bahwasaannya pemerintahan akan di dominasi oelh orang-orang indo-fiji


(Komandoko, G. 2010: 325). Pada tahun 1987 militer menjadi basis kekuatan yang besar, sehingga mampu melakukan kudeta atas ketidak setujuannya terhadap dominasi orang-orang indo-fiji dalam pemerintahan. Hal ini si karenakan apa bila terjadi dominasi oleh masyarakat indo-fiji akan rentan terjadi diskriminasi terhadap penduduk asli Fiji yang sudah lama menetap di republik tersebut.
            Pada tahun 1874, kepulauan ini jatuh ke tangan Britania Raya sebagai koloni. Pada pemerintahan Gubernur Sir Arthur Hamilton-Gordon tahun 1876 mengeluarkan kebijakan yaitu melarang penjualan atas tanah kepada masyarakat non pribumi Fiji, yang pada saat itu sekitar 83% dari daratan Fiji dimiliki oleh pribumi Fiji. Kebijakan ini terus berlanjut dan susah untuk dimodifikasikan. Penguasa kolonial kemudian membangun ekonomi gula (60% ekspor) dan di tahun 1878 kolonialis Inggris mengimpor tenaga kerja dari India untuk mengelola perkebunan tebu. Efek dari imigrasi ini menciptakan suatu polarisasi kesukuan yang telah membuktikan secara kultural dan politis menantang ke arah Fiji modern yang kemudian dikenal dengan sebutan etnis Indo Fiji, etnis ini tidak diberikan hak kepemilikan atas tanah oleh pemerintahan Fiji. Namun etnis Indo Fiji memproduksi lebih dari 90% gula dan mendominasi industri gula serta pariwisata yang menjadi andalan ekonomi Fiji dan populasi mereka berkembang mencapai 44% dari seluruh populasi Fiji.
            Sebelum imigran tersebut di bawa masuk ke Fiji, pihak British terlebih dahulu akan memberi penerangan berkenaan dengan kontrak tersebut kepada semua buruh yang ingin bekerja di Fiji. Hal ini penting untuk membekali buruh ini  agar memahami setiap syarat yang terdapat di dalam kontrak tersebut dan juga untuk mengantisipasi terjadinya masalah yang mungkin wujud di kemudian hari. Setelah  itu, buruh-buruh tersebut didaftarkan di bawah bidang kuasa majistret tempatan. Semua imigran itu akan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum berlayar ke Fiji. Sistem kontrak ini masih diguna pakai sehingga tahun 1916 yang menyaksikan seramai 60,537 orang buruh India telah dibawa dalam tempoh tersebut. Buruh-buruh ini diperoleh dari sekitar negara India yang terdiri daripada latar belakang, keturunan, kasta, agama seperti Sikh, Hindu dan Muslim serta tidak terkecuali bahasa yang berbeza. Dikatakan, kira-kira 85 peratus daripada jumlah yang bermigrasi ke Fiji  adalah beragama Hindu. Selain melalui sistem kontrak, ada juga orang India yang bermigrasi ke Fiji atas inisiatif sendiri dan tidak melalui sistem tersebut walaupun pada sebelum sistem kontrak tersebut dimansuhkan (Amey. 2009:--).
            Setelah mendapatkan kemerdekaannya, pemerintahan kemudian di dominasi oleh Ratu Kamisese Mara dari Alliance Party yang mendapat dukungan dari pemimpin tradisional Fiji. National Federation Party (NFP) yang merupakan partai saingan Alliance Party dalam parlemen, adalah perwakilan dari masyarakat Indo Fiji. Dalam pemilu pertama pada bulan Maret 1977, NFP memenangkan suara mayoritas, tapi pemerintahan tersebut mengalami kegagalan karena masalah internal, yaitu masyarakat asli Fiji tidak menerima kepemimpinan dari etnis Indo Fiji, selain itu krisis konstitusi mulai berkembang.
            Munculnya Nation Federation Party yang diketuai oleh A.D Patel telah memberi peluan kepada masyarakat indo fiji untuk campurtangan dalam politik Fiji sehingga mayoritas partai di tiadakan oleh mereka. Keadaan ini telah menambah ketegangan AP yang diketuai oleh ratu Sir Kamisese Mara yang mendapat sokongan dari masyarakat pribumi, orang Eropa dan Etnik lain.  Kedua partai tersebut pada dasarnay sangat sulit untuk di satukan. Namun semenjak Inggris memberikan kemerdekaannya memaksa keduannya untuk berkompromi. Dari hasil dewan senat masyarakat Fiji tetap sebagai penguasa namun Dewan Pewakilan di dominasi oleh Indo-fiji (Foong & Bee.--: 10)
            A. D Patel memainkan peran penting dalam menjaga hak masyarakat Indo-Fiji itu sendiri. Sepanjang keterlibatannya dalam politik negara Fiji, dia pernah memenang pemilihan Raya pada tahun 1968 dan ini sekaligus membawa partai NFP mulai bepengaruh di Fiji, terutama sekali pada masyarakat indo-fiji. Pada kurun waktu 17 tahun semenjak kemerdekaan, tumpuk pemerintahan di kuasai oleh masyarakat pribumi. Namun selama itu pula, secara nyata tidak sama sekali kekuasaan di pegang sepenuhnya oleh pribumi. Pendominasian masyarakat Indo-fiji terlihat pada tahun 1977 yang mana indo-fijian telah memenangi kursi dalam Dewan Perwakilan yang di awali oleh Partai NFP di bawah Sidiq Koya tetapi gagal membentuk sebuah kerajaan karena tidak di persetujui oleh masyarakat pribumi (Foong & Bee.--: 10-11)
            Awal dari terjadinya kudeta 1987 yang dilakukan oleh militer akibat dari kebijakan Bavadra yang  telah bertindak dengan membentuk kabinet baru yang hanya diwakili oleh lima orang wakil Fiji dan selebihnya diwakili oleh orang Indo-Fiji seramai tujuh orang. Kudeta ini terpaksa dijalankan sebagai satu usaha untuk melindungi sistem tradisi yang seharusnya dipegang oleh etnik Fiji serta menjamin status quo penduduk asal Fiji itu sendiri. Malah bagi pendapat elit Fiji, kudeta ini juga harus dilakukan untuk menghentikan penguasaan dan penyerapan etnik Indo-Fiji ke dalam budaya Fiji. Kudeta ini bukan saja dilakukan oleh peribumi malahan angkatan tentera dan pasukan polis.
            Bulan Mei 1987, merupakan saat-saat bersejarah dan pada masa yang sama merupakan ulang tahun Ratu Mara ke-67 tahun. Sementara Indo-Fiji pula memperingati peristiwa kedatangan pertama bangsa India ke Fiji pada 108 tahun lalu pada saat Jai Ram Reddy meletak jawatan sebagai ketua NFP dan sebagai ahli parlemen. Bulan ini juga amat penting bagi Rabuka kerana disebabkan pembentukan kerajaan baru, awalnya dia mencari kerja baru yang tidak berkaitan dengan ketenteraan. Dua hari sebelum proses kudeta dilakukan Rabuka telah ditemukan dengan pesuruhnya namun, Rabuka menyatakan keinginan untuk menukar kerja kerana tidak yakin dapat bertahan dan memberi sokongan kepada kerajaan pada masa itu. Sementara itu, tiga hari sebelum kudeta iaitu 11 Mei, tentera Fiji telah dijemput untuk menyertai “skill at arms” yang dilancarkan oleh Tentera Australia dari 11 hingga 15 Mei sebagai persediaan ulang tahun ke-200 Australia. Namun begitu, Rabuka tidak menghadiri kerana melakukan persiapan kudeta (Amey.2009--)
            Pada hari rampasan kuasa, komander tentera yang bernama Brigadier Ratu Epali Nailatikau, pegawai tertinggi Ratu Mara berada di Australia. Pasukan yang telah dibentuk oleh Rabuka terdiri daripada etnik Fiji, termasuk ahli-ahli Taukei dan beberapa ahli kabinet yang terdiri daripada etnik Fiji. Rabuka telah menetapkan tiga individu penting dalam dokumen kudeta yang dikenali sebagai “Operator Order” iaitu William Sutherland, Ratu Mosese Tuisawau dan Tevita Fa. Sutherland sangat berpengaruh dalam Labour Party yang kemudian menjadi Setiausaha tetap Perdana Menteri Bavadra. Pada pandangan Rabuka, Sutherland merupakan penggerak utama strategi kerajaan campuran dalam pilihan raya manakala Ratu Mosese Tuisawau selalu menimbulkan masalah terutama berkaitan dengan polisi-polisi tanah. Beliau merupakan ahli National Federation Party (NFP) sehingga meletak jabatan sebagai Presiden Fiji National Party (FNP) pada Oktober 1987 (Amey.2009:--).
Pada tanggal 14 Mei, Rabuka membuat pernyataan bahawa dia telah berhasil mengawal kerajaan dalam tumpuk kekuasaan, membentuk kembali pasukan polis, menggantung Perlembagaan Fiji dan sistem kehakiman negara serta memastikan agar para peguam merangkap menjadi satu dalam perlembagaan baru untuk memastikan politik didominasi oleh etnik Fiji dalam negara mereka sendiri. Pengumuman tersebut membuatkan sebahagian etnik Fiji berkumpul di bangunan kerajaan untuk meraihkan rampasan kuasa itu. Rentetan daripada keadaan ini, terdapat khabar angin yang menyatakan bahawa sesetengah Indo-Fiji mula meninggalkan bandar (Amey.2009: --)
Kerajaan Bavadra hanya  mampu bertahan selama enam minggu sebelum dijatuhkan oleh Rabuka. Untuk kali pertama pihak tentera ikut campur  dalam hal  politik Fiji melalui pembentukan kerajaan baru Fiji. Rabuka mengambil tindakan dengan perlahan-lahan dan berhati-hati dalam merombak perlembagaan bagi memastikan perpaduan etnik Fiji sama ada di dalam atau luar parlemen. Oleh  karena itu, pembangunan selepas kudeta Mei 1987 dianggap bagi menyatukan komuniti Fiji terutama di antara timur dan barat. Propaganda mengenai isu ras merupakan faktor utama di sebalik penggulingan atau kejatuhan parlimen malah ia juga merupakan kesan penting terhadap alasan kudeta. Seperti yang dapat dilihat, ianya merupakan syarat rasional daripada penjelasan ras dan akibat keperluan untuk mempertahankan kepentingan etnik Fiji.
            Setelah situasi tidak menentu selama tiga tahun, akhirnya Rabuka menetapkan konstitusi baru yang sangat diskriminatif, karena antara lain melarang orang India di Fiji untuk menduduki jabatan penting pemerintahan. Rabuka menunjuk mantan gubernur jenderal di zaman kolonial sebagai presiden republik. Tekanan dari berbagai pihak, termasuk lembaga keuangan internasional dan donor yang sangat berpengaruh terhadap ekonomi Fiji. Pada tahun 19-94 akhirnya Rabuka membentuk Komisi Peninjau Konstitusi yang dipimpin oleh mantan gubernur jenderal Selandia Baru, Sir Paul Reeves, dan beranggotakan wakil dari dua kelompok politik utama di Fiji. Tugas mereka adalah memberi usulan untuk mengubah konstitusi 1990 yang diskriminatif (Naruk, F. 2001: 7).
DAFTAR PUSTAKA
Amey.2009.CatatanSejarahFiji,(online),(http://coretansejarah.blogspot.com/2009/11/fiji.html), diaskes pada tanggal 14 november 2009.
Naruk, F.2 September 2014. Konstitusi Fiji. Cidadaun hlm, 7.
Foong & Bee.--. Masyarakat India Dalam Pembentukan Nasion: Perbandingan Antara Fiji Dan Malaysia.
Komandoko, G. 2010. Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Wikipedia.--. Fiji, (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Fiji), diakses pada 4 Mei 2014.

Tidak ada komentar: