PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GRESIK SEBAGAI KOTA PELABUHAN PESISIR
UTARA PULAU JAWA
Oleh:
Slamet Rohman 120731400288
A. Jejak Awal Peradaban Islam di Gresik
1.
Jejak
Awal Penyebaran Islam di Nusantara Hingga ke Jawa
Kehadiran Islam di berbagai daerah di Nusantara tidak bersamaan.
Islam masuk ke Nusantara melalui jalur pelayaran dan perdagangan Internasional
yang sudah di mulai sejak awal berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Nusantara terutama Sriwijaya dan Majapahit, sebelum Islam masuk ke Nusantara
terlebih dahulu dua kerajaan besar tersebut telah menguasai hampir seluruh
bagian Nusantara beserta wilayah pelayaran dan perdagangannya. Kemunculan
kerajaan Sriwijaya berkisar pada abad ke-7 Masehi[1].
Mulai permulaan abad ke-15 muncul beberapa kerajaan Islam di bagian Utara Pulau
Sumatra dan semenanjung Tanah Melayu.[2]
Mengetahui lebih awal tentang masuknya islam sebelum terbentuknya
sebuah kerajaan islam seperti yang di jelaskan pada uaraian sebelumnya,
berdasarkan prasasti lingor 775, kekuasaan Sriwijaya telah sampai ke daerah
kedah. Sekitar abad ke-9 terjadi sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh
petani-petani Cina Selatan terhadap kekuasaan T’ang masa pemerintahan Kaisar
Hi-Tsung (878-889) di mana Orang-orang Muslim turut serta dalam pemberontakan tersebut
dan mengakibatkan banyak orang Muslim yang di bunuh dan akhirnya mereka mencari
perlindungan ke kedah yang telah menjadi kekuasaan kerajaan Sriwijaya.
Sriwijaya yang pada keuasaanya sampai ke Kedah melakukan perlindungan terhada
Orang-orang Muslim tersebut.[3]
Uraian berikut memberi bukti kedatangan Islam di wilayah Nusantara pada masa
Sriwijaya di awali dari Katon lalu berpindah ke Kedah menuju Palembang dan
sekaligus menjadi awal Islamisasi di Sumatra sekaligus di Nusantara yang
menyebabkan berdirinya sebuah kerajaan Islam Nusantara yang pertama di pesisir
laut timur, Lhok Seumawe yaitu Samudra Pasai sekitar abad ke-13 dan akibat dari
Islamisasi di daerah-daerah pesisir utara pulau Sumatra yang telah di lewati
oleh para pedagang Islam dan melemahnya Kerajaan Sriwijaya karena adanya
ekspedisi pamalayu yang dilakukan oleh Kerajaan yang berada di pulau Jawa yaitu
Singhasari-Majapahit.
Bedasarkan uraian-uraian diatas jelas di sebutkan Kerajaan Islam
yang pertama adalah Samudra Pasai yang berada di Aceh Utara akibat dari
keruntuhan Sriwijaya dari Kerajaan Majapahit. Keruntuhan Sriwijaya di gantikan
oleh Majapahit yang menjadi penguasa sesudah Sriwijaya dan Majapahit menguasai
hampir semua yang telah di kuasai oleh Sriwijaya sebelumnya, termasuk Samudra
Pasai. Akibat dari kekacauan yang terjadi akibat perebutan-perebutan kekuasaan
di kalangan raja-raja. Kekacauan tersebut mengakibatkan melemahnya pemantauan
terhadap daerah kekuasaan yang jauh dari pusat ibu kota dan berdampak pada
keberhasilan Samudra Pasai dan Malaka dalam mencapai puncak kejayaan hingga
abad ke-16.[4]
Sebelum kemunduran Kerajaan Majapahit terjadi telah terlebih dahulu
ada hubungan perdagangan yang terjadi di Pesisir Utara Pulau Jawa dengan
pedagang Islam terutama dari kerajaan Samudra Pasai.[5]
Uraian berikut memberikan bukti bahwa pada masa kekuasaan Majapahit telah ada hubungan
dagang dengan pedagang-pedagang Muslim yang memungkinkan adanya Islamisasi di
Utara Pulau Jawa pada saat Majapahit masi berkuasa, seperti yang pernah terjadi
sebelumnya yaitu Islamisasi yang terjadi di Utara Pulau Sumatra pada masa
kekuasaan Sriwijaya. Kemungkinan atas analisis tersebut masih belum cukup dapat
menguatkan akan pendapat bahwa Islamisasi yang terjadi di Pulau Jawa yaitu di
awali pada masa-masa Majapahit Masih Berkuasa, sebab saat Majapahit masih
berkuasa Hindu masih kental melekat di masyrakat Jawa kususnya Jawa Timur,
adapun kemungkinanan sangat kecil. Bukti peninggalan bahwa terjadi kontak
dengan Islam yaitu batu Nisan Kubur Fatimah binti Maimun di leran (Gresik) yang
berangka tahun 475 H (1082 M)[6].
Bukti tersebut tidak dapat di jadikan landasan sebagai anggapan bahwa telah
terjadi Islamisasi di pulau jawa, karena jelas bukti tersebut menuliskan angka
tahun sekitar abad ke-11dan pada tahun ini Majapahit jelas masih menguasai dan
masih berada pada kejayaanya, akan tetapi bukti tesebut dapat membuktikan bahwa
pada masa kejayaan Majapahit wilayah Gresik merupakan daerah yang sangat
berarti bagi Majapahit maupun pedagang Islam tersebut. Bukti tersebut juga
memberikan informasi yang penting untuk menganalisis orang beraliran apakah
yang datang ke Pulau jawa kususnya Gresik sebagai tempat penemuan bukti
arkeologi tersebut.
Menganalisis nisan tersebut, tulisan yang terdapat pada nisan
tersebut adalah tulusisan Arab yang bergaya kufi. Besar kemungkinan pedagang n
Islam yang berdatangan dipulau jawa
umumnya adalah beraliran sufi.[7]
2.
Proses
Islamisasi di Gresik
Uaraian sebelum telah di jelaskan bukti kedatangan Islam di jawa
adalah di kota Gresik. Bukti tersebut tidak dapat di jadikan sebagai acuan
terhadap proses Islamisasi di pulau Jawa Kususnya pelabuhan utara pulau Jawa.
Beberapa bukti yang lebih dapat untuk di jadi acuan diantaranya yaitu penemuan
beberapa puluh nisan kubur di Troloyo, Trowulan, dan Gresik pada sekitaran abad
ke-13. [8]Bukti
tersebut bisa di jadikan sebagai acuan awal mulainya ada proses Islamisasi yang
terjadi di jawa Timur kususnya kota Gresik. Bukti tersebut menerangkan angka
tahun sekitar abad ke-13 yaitu, Majapahit saat itu masih Berjaya dan masih
menguasai seluruh nusantara dengan baik, namun tetap bukti tersebut dapat di
jadikan acuan bahwa pada abad tersebut mulai terjadi Islamisasi di kota Gresik
meskipun tidak terlalu siknifikan di bandingkan dengan masa yang mendatang
karena jelas bahwa Majapahit masih menguasai daerah Gresik dan daerah
sekitarnya maupun Nusantara.
Berita Ma-huan tahun 1416 yang menceritakan orang-orang Muslim yang
bertempat tinggal di Gresik, mebuktikan bahwa baik di pusat kerajaan Majapahit
maupun di pesisir, terutama di kota-kota pelabuhan, telah terjadi proses
Islamisasi dan terbentuknya masyarakat Muslim.[9]
Berita Ma-huan tersebut meberikan informasi yang kongkrit tentang terjadinya
Islamisasi yang terjadi di Kota Gresik. Jelas di uraikan pada berita Ma-huan
bahwa telah terbentuk masyarakat Muslim dan memungkin bahwa adanya mobilitas
sosial yang terjadi di kalangan orang Muslim tersebut. Mobilitas yang
kemungkinan terjadi tersebut mendorong para masyrakat muslim untuk melakukan
dominasi terhadap kehidupan sosial di masyarakat sekitar Gresik yang masih
kental dengan Agama Hindu. Dominasi tersebut mungkin juga terjadi pada aspek
politik, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
Dominasi tersebut kemungkinan benar terjadi, karena menurut berita
tradisi kerajaan Majapahit telah runtuh tahun 1478 M.[10]
Berdasarkan berita dari mahuan tersebut jelas di katakan angka tahun yaitu 1416
yang hampir bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Majapahit. Menganalisis berita
tersebut dengan tahun keruntuhan Majapahit, kemunkinan besar telah terbentuk
subuah masyarakat Muslim di pesisir pantai Gresik lebih awal dari pada tahun yang
di informasikan oleh Ma-huan, kerena berdasarkan informasi yang di dapat dari
berbagai sumber telah terjadi
kekacauan-kekacauan di pusat pemerintahan Majapahit sebelum keruntuhanya serta
di lihat dari letak geografis dan jalur perdagangan pesisir merupakan tempat
persinggahan dan tempat perdagangan pertama oleh para pedagang, oleh karena itu
lah kemungkinan besar yang lebih dahulu terbentuk masyarakat muslim adalah di
daerah pesisir kusunya pesisir kota Gresik, yang sejak kejayaan Majapahit telah
menjadi Bandar besar dalam perdagangan dan pelayaran Internasional
. Uraian diatas menguatkan akan analisis bahwa telah terjadi
Islamisasi di pesisir pantai maupun pusat kota Gresik dan kuat sekali akan
anggapan bahwa telah terjadi dominasi sosial oleh masyarakat muslim yang
bermikim di Gresik karena telah terjadi kekacauan di Majapahit sehingga
mengakibatkan melemahnya pantauan akan perdagangan maupun kehidupan sosial
masyarakatnya serta kepercayaan penduduk Agama Hindu kepada kerajaannya menjadi
luntur dan memungkinkan untuk penduduk tersebut terpengaruh dan mengikuti ajaran
Islam yang telah bebas berkembang di pusat maupun pesisir kota Gresik.
Proses Islamisasi mencapai kekuasaan politik yang memunculkan
kerajaan besar yang pertama di Jawa yaitu Demak. Sebagaimana telah dikatakan,
bahwa karena situasi dan kondisi politik di Majapahit yang lemah karena
pepecahan dan peperangan di kalangan keluarga raja-raja dalam perebutan
mkekuasaan, maka kedatangan dan penyebaran Islam makin di percepat.
Bupati-bupati pesisir kususnya pesisir kota Gresik merasa bebas dari pengaruh
kekuasaan raja-raja Majapahit. Kebebasan tersebut meyakinkan akan kekuasaanya
sendiri di segala bidang kehidupan sosial.
3.
Perkembangan
Islam di Gresik
Pesantren adalah lembaga pendidikan agama yang didirikan oleh para
ulama. Ulama mendidik santri-santrinya dari berbagai daerah Nusantara. Gresik
merupakan daerah yang memiliki lpengaruh yang kuat terhadap perkembangan dan
penyebaran Agama Islam. Gresik merupakan kota pesantren, Maulana Malik Ibrahim
mendirikan pondok pesantren yang berada di Gapuro Gresik, sedangkan yang lebih
muda lagi dari Maulana Malik Ibrahim adalah raden Patah (Sunan Giri) di bukit
Giri-Gresik[11].
Santri datang dari berbagai daerah, Maluku, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, dan daerah lain di sekitarnya. Uraian tersebut jelas memberikan
informasi tentang peran KotaGresik sebagai kota pesisir selain berguna sebagai
jalur perdagangan Nusantara tapi juga sebagai jalur penyebaran Agama Islam di
Hampir seluruh pulau di Nusantara yang menciptakan Raja-raja baru yang
bernuansa Islami begitu juga para rakyatnya.
Menganalisis tentang pendirian pesantren oleh para sunan yang
termasuk salah satu dari Wali Songo, terlebih lagi Malik Ibrahim adalah
perintis teritorial dakwah dan setelah wafat di gantikan oleh Sunan Giri (Raden
Patah), peran wali dalam penyebaran Agama Islam di Gresik tersebut memberikan
gambaran bahawa para wali mengambil peran penting dalam penyebaran agama di
kota Gresik.
B. Perdagangan dan Pelayaran
Pelabuhan Gresik
1.
Pelabuhan
Gresik Sebagai Pusat Pelayaran
Gresik merupakan kota pesisir yang sudah lama menjadi tempat
perdagangan melaluai jalur perdagangan. Dari jaman Majapahit sampai kekuasaan
Islam, Gresik merupakan pelabuhan yang ramai di datangi oleh para saudagar.
Sebelum Gersik menjadi pelabuhan yang besar dan banyak di kunjungi oleh para
pedagang atau saudagar dari berbagai daerah maupun manca negara, pada abad
ke-11 terlebih dahulu adalah Tuban sebgai pelabuhan terbesar dan teramai
sebelum Gresik. Menurut sumber yang ada, pada akhir abad ke-16 kapal-kapal yang
mengunjunginya sudah berkurang. Tuban dikelilingi tembok yang tebal dan tidak
mudah dikalahkan. Tome’pires maupun pengunjung-pengunjung Belanda yang singgah
di Tuban pada tahun 1599 sangat kagum akan kekayaan yang di pamerkan, antara
lain ada pawai dari Gajah, kuda dan anjing. Abad ke-16 kapal-kapal dagang
seperti yang telah di sebutkan tadi lebih suka di Gresik dari pada di tuban.
Sumber-sumber tidak memberikan kejelasan akan penyebab masalah ini, tetapi yang
paling mencolok bahwa pada waktu ini Tuban menggunakan kekerasan untuk memaksa
kapal-kapal datang kepelabuhannya.[12]
Kapal-kapal yang berlayar dari Banjamasin ke Gresik di cegat oleh
Tunban tiga kali. Berita lain menyatakan bahwa jung-jung cinapun dipaksakan
masuk ke Tuban. Pernah terjadi pertempuran di laut yang berakhir dengan
kekalahan jung Cina, dan seluruh muatannya di sita. Persaingan antar pelabuhan
kota tersebut turut melemahkan politik ekspansi Mataram. Pada tahun 1619 Tuban
di kuasai oleh Mataram, lalu disusul oleh Gresik pada tahun 1623 dan Surabaya
pada tahun 1625, tetapi pada tahun tersebut seluruh pesisir telah di kuasai
penuh oleh Sultan Mataram yakni sultan Agung. Pelabuhan-pelabuhan yang di sebut
itu, Bandar Gresik merupakan pelabuhan yang utama.[13]
Uarai berikut memberikan kejelasan bahwa kota pepesisir Gresik pernah di
curangi oleh pelabuhan yang bertetangga dengan Gresik yang tidak dapat menerima
perkembangan pelabuhan di Gresik sehingga pihak dari Tuban melakukan
kecurangan-kecurang yang menyebabkan peperangan dan pertumpahan darah.
Menganilis lebih dalam tentang persaingan tersebut, memang benar
jika persaingan-persaingan tersebut dapat melemahkan ekspansi Mataram yang
bertujuan menguasai dan menyatukan seluruh pesisir utara pulau Jawa. Setelah
Gresik, Tuban, Surabaya, dan wilayah-wilayah yang lain dapat di kuasai oleh Mataram perselisihan
tersebut namapaknya dapat di hentikan, karena berada di dalam kekuasaan Mataram
yang mungkin menginginkan pelabuhan-pelabuhan tersebut bersatu. Pada
kenyataannya pelabuhan Gresik yang tetap memiliki eksis tensi dalam jalur
pelayaran dan perdagangan, dan terbukti semakin ramai.
2.
Ekspor
dan Impor
Awal abad ke-16 Banda mengimpor kain dan tenunan halus dari
negri-negri Asia di sebelah barat, yang di bawa oleh kapal-kapal Portugis
menurut catatan Pires. Pedagang-pedagang kecil dari Jawa dan Melyu membawa
tenunan kasar menurut pires. Raja Gresik juga sering memborong kain-kain halus
dan sutra yang di masukan kebandarnya dengan maksut untuk mengimpornya lagi ke
Banda dan tempat lain di Maluku. Kain halus tersebut tidak hanya diperlukan
sebagai pakaian raja dan keluarganya serta kaum bangsawan lainnya, tetapi
disimpan sebagai harga bersama barang lain, seperti gong tembaga, gading dan
tembikarhalus.[14]
Pelabuhan-pelabuhan di pantai utara pulau Jawa mengumpulkan beras
dari pedalaman, sehingga merupakan tempat singgah yang penting bukan hanya
untuk mencukupibekal pelayaran tetap iuntuk di bawa kedaerah rempah-rempah itu
(Poesponegor & Notosusanto. 1993:149). Menganalisis uraian berikut
pengumpulan beras tersebut pastilah banyak terjadi di pelabuhan Gresik, karena
seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa sejak kemunduran
pelabuhan Tuban yang berkembang pesat setelahnya adalah Gresik, oleh karena itu
patut untuk menganalisis hal tersebut karena ada sumber yang dapat menguatkan
pendapat tersebut.
Meskipun uraian tersebut tidak secaraditail menjelaskan jenis-jenis
barang yang di ekspor dan di impor oleh pelabuhan gresik, akan tetapi sudah ada
sedikitbukti dari penjelasan diatas bahwa Gresik juga melakukan Ekspor dan
impor, meskipun barang yang di perdagangkan bukan hasil dari daerah sendiri,
namun hasil ekspor impor tersebut bisa menjadi bukti bahwa pelabuhan Gresik
merupakan tempat perdagangan yang ramai dan besar.
[1] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia II
(zaman Kuno), 2010, hlm. 67
[2] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia II
(zaman Kuno), 2010, hlm. 94
[3] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia
III,1993, hlm. 2, Syed Naguib al-Attas mengatakan bahwa Orang-orang Muslim yang di perkirakan sejak abad ke-7,
telah memiliki perkampungan di Katon menunjukan kegembiraannya menyaksikan derajat
keagamaan yang tinggi dan otonomi pemerintah: dimana mereka akan memelihara
kelangsungan perkampungan serta organisasi masyarakatnya di Kedah dan
Palembang.
[4] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia
III,1993, hlm. 4
[5] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia
III,1993, hlm. 5, Pertumbuhan masyarakat Muslim di sekitar Majapahit dan
terutama di beberapa kota pelabuhannya erat pula hubunganya dengan perkembangan
pelayaran yang di lakuan orang-orang Muslim yang telah mempunyai kekuasaan
ekonomi dan politik di Samudra Pasai dan Malaka.
[6] J.P Moquette, “Mohammedaansche inscriptie of java : M. D.
Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia III,1993, hlm. 4
[7] S.S. Mustakim, Artikel, Islamisasi di Kota Gresik.
[8] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia
III,1993, hlm. 4
[9] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia
III,1993, hlm. 5
[10] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia II,2010
hlm. 477
[11] S.S. Mustakim, Artikel, Islamisasi di Kota Gresik.
[12] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia
III,1993, hlm. 128
[13] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia
III,1993, hlm. 128
[14] M. D. Poesponegoro. N. Notosusanto, “ Sejarah Nasional Indonesia
III,1993, hlm. 144